MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PENGGUNA MEDIA SOSIAL

Melly Ridaryanthi

Sari


Penggunaan media sosial sebagai salah satu medium komunikasi sudah menjadi budaya berkomunikasi dalam masyarakat. Dengan aktifnya individu menggunakan media sosial, tanpa disadari medium ini menjadi bagian dari kehidupan sehari-harinya dan bahkan berdampak pada aktivitas sosial mereka. Nilai, image dan stereotip yang dibangun menjadi bagian dari konten media sosial. Hal ini terkait juga tentang bagaimana konteks komunikasi antarbudaya berlangsung melalui media digital. Remaja sebagai penikmat kopi dan pengguna media sosial yang aktif perlu lebih jeli lagi memahami bagaimana budaya ngopi kemudian dikonstruksikan dengan makna tertentu melalui media sosial. Ngopi atau minum kopi, adalah aktivitas yang dianggap biasa dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia setiap harinya. Tapi sejak ada media sosial, aktivitas ngopi ini memberikan motivasi dan makna baru bagi para penikmatnya. Aktivitas ngopi harian diunggah menjadi konten media sosial dengan beragam makna. Ngopi menjadi konstruksi makna baru bahkan identitas diri. Dalam berkomunikasi, konteks komunikasi antarbudaya perlu dipahami guna meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan individu dengan beragam latar budaya, termasuk pula melalui penggunaan media sosial. Untuk itu, peningkatan kemampuan komunikasi antarbudaya bagi remaja pengguna media sosial perlu dilakukan. Aktivitas ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 20 Tangerang Selatan, Banten. Dalam konteks ini, budaya ngopi dijadikan contoh kasus untuk memberikan pemahaman yang komprehensif.


Kata Kunci


budaya ngopi, komunikasi antarbudaya, media sosial

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Afdholy, N. (2019). Perilaku Konsumsi Masyarakat Urban pada Produk Kopi Ala Starbucks. SATWIKA: Jurnal Kajian Budaya dan Perubahan Sosial, 3(1), 43-53.

Ardietya K. & Muh. Rosyid, R. (2017). Perilaku Konsumtif Remaja Penikmat Warung Kopi. Jurnal Sosiologi DILEMA, (32) 1, 9-22.

Indainanto, Y. I., & Nasution, F. A., (2020). Representasi di Media Sosial Sebagai Pembentuk Identitas Budaya Populer. Jurnal SEMIOTIKA, 14(1), 102-110

Joinson, A. N., Houghton, D. J., Vasalou, A., & Marder, B. L. (2011). Digital Crowding: Privacy, Self Disclosure and Technology, In S. Trepte & L. Reinecke (Eds.), Privacy Online. Perspectives on Privacy and Self-Disclosure in the Social Web. Heidelberg and New York: Springer. Pp. 31-44

Nguyen, M., Bin, Y. S., & Campbell, A. (2012). Comparing online and offline self disclosure: A systematic review. Cyberpsychology, Behavior and Social Networking (15:2), pp. 103–111.

Perwitasari, E. F. (2019). Kedai Kopi dan Komunitas Seni Sebagai Wujud Ruang Publik Modern. Jurnalisa, Vol. 5(1), pp. 16-30

Rahayu, L. M., Noorman, S., & Fakhrunnisa, R. (2020). Kopi Priangan: Pengukuhan Identitas Melalui Budaya Ngopi Bermedsos (Media Sosial). Jurnal Sosioteknologi, 18(3), 408-421

Rasmikayati, E., Pardian, P., Hapsari, H., Ikhsan, R. M., & Saefudin, B. R. (2017). Kajian Sikap dan Perilaku Konsumen dalam Pembelian Kopi serta Pendapatnya terhadap Varian Produk dan Potensi Kedainya. Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 3(2), 117-133.

Said, I. (2017). Warung Kopi dan Gaya Hidup Modern. Jurnal Al-Khitabah, 3(1), 33-47

Verma, H. V. (2013). Coffee and Tea: Socio-cultural Meaning, Context and Branding. Asia-Pacific Journal of Management Research and Innovation, (9) 2. 157-170.

Prasetyo, W. B. (2020, 26 November). Kedai Kopi Diprediksi Tumbuh 15%. Berita Satu. https://www.beritasatu.com/ekonomi/601687/2020-kedai-kopi-diprediksi-tumbuh-15




DOI: https://doi.org/10.47007/abd.v9i02.5898

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


Lembaga Penerbitan Universitas Esa Unggul
Jalan Arjuna Utara No 9 Kebon Jeruk Jakarta 11510
Telp : 021 5674223 ext 266

email : [email protected]

 

Web Analytics View My Stats