Studi Penyusunan Kriteria Perencanaan Pelestarian Kawasan Bersejarah Sunda Kelapa Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Iskandar Zulkarnain

Sari


Semenjak awal tahun 1990, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebenarnya sudah membuat studi, kajian dan kegiatan revitalisasi bagi kawasan kota tua. Namun usaha tersebut terkesan seperti jalan di tempat. Hal ini dikarenakan banyak hal, salah satunya adalah tidak adanya kriteria bagi perencanaan pelestarian kawasan bersejarah yang bisa dijadikan acuan bagi penyusunan rencana pelestarian itu sendiri. Untuk itu perlunya disusun kriteria perencanaan pelestarian kawasan bersejarah yang diharapkan dapat dijadikan acuan arahan dalam membuat rencana pelestarian kawasan bersejarah, sehingga bias menjadi komitmen bagi setiap stakeholders, dimana penanganan kawasan dan bangunan bersejarah dapat lebih optimal. Dalam penyusunan kriteria pelestarian kawasan bersejarah dalam studi ini menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai metode pengambilan keputusan yang komprehensif dengan metode expert choice yaitu metode yang dilakukan untuk mengolah masukan dari informan yang diperoleh dengan menggunakan indeep interview. Penelitian ini adalah bertolak dari adanya permasalahan yang timbul pada kawasan kota lama Batavia khususnya kawasan Sunda Kelapa. Sebagai kawasan potensial yang dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan yang lebih bernilai, pada saat ini permasalahan yang timbul adalah permasalahan sirkulasi dan kondisi jalan, pembongkaran bangunan-bangunan kuno dan pertumbuhan bangunan baru secara sporadis, dan berkurangnya ruang-ruang terbuka kota baik secara jumlah maupun ukuran. Ketiga permasalahan tersebut dikhawatirkan akan merubah dan memudarkan pola kota lama yang khas. Berdasarkan hasil analisis dalam studi ini, diperoleh 13 kriteria pelestarian kawasan dan bangunan bersejarah. kriteria-kriteria tersebut diperoleh dari hasil studi literatur yang kemudian diuji cobakan kepada stakeholders dengan menggunakan metode AHP. Hasil analisis menunjukan bahwa kriteria utama yang harus diperhatikan adalah aspek peraturan dan tujuan dari kegiatan pelestarian, dengan demikian diharapkan pelestarian kawasan dan bangunan bersejarah dapat lebih terarah dan sesuai dengan harapan banyak pihak.

Kata Kunci: Kawasan Bersejarah, Sunda Kelapa, Analytical Hierarchy Process

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Budiharjo, Eko, Sidharta, “Konservasi Lingkungan & Bangunan Kuno Bersejarah di Surakartaâ€, UGM PRESS, Yogyakarta, 1989.

Budiharjo, Eko, “Arsitektur Pembangunan & Konservasiâ€, Jambatan, Jakarta, 1997.

Budiharjo, Eko, Sudanti, “Kota Berwawasan Lingkunganâ€, Alumni, Bandung,1993.

Darmawan, Edy, “Teori dan Implementasi Perancangan Kotaâ€, UNDIP, Semarang, 2003.

Dattner, Richard, “Civil Architecture “The New Public Infrastructureâ€, FAIA, USA, 1994.

Heuken, Adolf SJ, “Tempat-tempat Bersejarah di Jakartaâ€, Cipta Loka Caraka, Jakarta, 1997.

Himpunan Peraturan Permuseuman DKI Jakarta, Dinas Museum dan Pemugaran DKI Jakarta.1999

Pengaturan Konservasi dan Revitalisasi kawasan dan Bangunan.Jakarta : Kementerian Pekerjaan Umum.2000

Rancang Bangun Kawasan Kota Tua/Sunda Kelapa. Badan Pengelola Kawasan Wisata Bahari Sunda Kelapa, Jakarta, 2004.

Saaty, Thomas L, “Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpinâ€, PT.Pusaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1993.

URA. Conservation Guidelines, Singapore, 1997

URA. Enhancing The Charms of Joo Chiat, Singapore.1997

URA. Objectives, Principles and Standards for Preservation and Conservation.Singapore.1993

URA & Preservation of Monument Board. Singapore River Planning Area.Singapore. 1994


Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


VISIT COUNTER:

gerEGGe