PERANCANGAN MODEL KINERJA RANTAI PASOK AGROINDUSTRY KAKAO UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DAN KEBERLANJUTAN KAKAO INDOENSIA
Abstract
Abstract
Indonesia is the 3rd largest cocoa producer in the world, 94.01% of its plantations are cultivated through smallholder plantations, so that cocoa farmers in Indonesia have the opportunity to obtain high welfare. The reality in the field shows that the level of welfare has not been enjoyed or the level of welfare of cocoa farmers is still below the poverty line. This is evidenced by the land conversion carried out by farmers to switch to other more profitable crops. To solve this problem, this research was conducted with the aim of helping improve farmer welfare through improved performance in the supply chain for the cocoa agorindustry in Larompong District, South Sulawesi. The method used is value chain analysis using the performance measurement of value added analysis using the Hayami model. Based on the results of calculations using the Hayami model, it is known that farmers will get an added value increase of 29% when implementing GAP activities and selling cocoa to UPH farmer groups. The initial added value received by farmers for each production of 1,520 kg of cocoa is Rp. 473.55.
Â
Keywords : cacao, supply chain performance, sustainability
 AbstrakIndonesia merupakan produsen kakao ke-3 terbesar di dunia, dimana 94.01% perkebunannya diusahakan melalui perkebunan rakyat, sehingga petani kakao di Indonesia mempunyai peluang untuk memperoleh kesejahteraan yang tinggi. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tinkgat kesejahteraan tersebut belum dapat dinikmatinya karena tingkat kesejahteraan petani kakao masih di bawah garis kemiskinan. Hal ini terbukti dengan adanya konversi lahan yang dilakukan petani untuk berpindah ke tanaman lainnya yang lebih menguntungkan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan petani melalui perbaikan kinerja pada rantai pasok agorindustri kakao di Kecamatan Larompong Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan adalah analisa rantai nilai dengan menggunakan pengukuran kinerja analisa nilai tambah menggunakan model Hayami Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan model hayami diketahui bahwa petani akan memperoleh peningkatan nilai tambah sebesar 29% bila mengimplementasikan aktivitas GAP dan penjualan kakao ke kelompok tani UPH. Nilai tambah awal yang diterima petani setiap kali produksi 1.520 kg kakao adalah sebesar Rp. 473.55.
Â
Kata kunci : kakao, kinerja rantai pasok, keberlanjutan
Full Text:
PDFReferences
AgFor. (2013). Panduan Budi Daya Kakao (Cokelat) untuk petani skala kecil, 1–12.
Ajetomobi, J. olusegun. (2011). Market power in nigerian domestic cocoa supply chains. Nigeria.
Arsyad, M., & Kawamura, Y. (2015). Reducing Poverty of Cocoa Smallholders in Indonesia: Is Agricultural Economic Activity Still the Pioneer? Economics and Finance in Indonesia, 58(2), 217–238.
Bappenas. (2011). Masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi indonesia (MP3EI).
Direktorat Jenderal Perkebunan. (2016). Statistik Perkebunan Indonesia. Jakarta.
Dirjenbun. (2012). Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman rempah dan penyegar.
Dradjat, B., Agustian, A., & Ade, S. (2007). Ekspor dan daya saing kopi biji Indonesia di pasar internasional: Implikasi strategis bagi pengembangan kopi biji organik. Jurnal Penelitian Kopi Dan Kakao, 32(2), 139–159.
Dradjat, Bambang. (2011). Peluang peningkatan nilai tambah kakao domestik melalui regulasi perdagangan. Pelita Perkebunan, 27(2), 130–149.
Hayami, Y., Kawagoe, T., Marooka, Y., & Siregar, M. (1987). Agricultural Marketing and Processing in Upland Java. A Perspective From A Sunda Village.
Hidayat, S., Marimin, Suryani, A., Sukardi2, & Yani, M. (2012). Modification of hayami’s value added method for the palm oil agroindustry supply chain. Teknologi Industri Pertanian, 22(1), 22–31.
KPPU. (2009). Kajian Industri dan Perdagangan Kakao.
Listianingsih, W., ZHB, A., SP, P., MR, T., & Jaya, U. (2014, September). Pemupukan. AGRINA, 1.
Nurmalina, R., Rifin, A., Harmini, & Amalia, D. N. (2013). Kajian pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi. In Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis (Vol. 2, pp. 135–150).
Purnomo, A. (2015). Analisis Kinerja Rantai Pasok Menggunakan Metode Supply Chain Operation Reference ( SCOR ) di Industri Tekstil dan Produk Tekstil Sektor Industri Hilir ( Studi kasus pada perusahaan garmen PT Alas Indah Remaja Bogor ). In Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi (ReTII) ke 10 (pp. 2–9). Yo.
Putri, I. C. K. (2013). Analisa pendapatan petani kakao di kabupaten parigi- Moutong. EMBA, 1(4), 2195–2205.
Sa’id, E. G. (2009). Review kajian, penelitian dan pengembangan agroindustri strategis nasional: Kelapa Sawit, Kakao dan Gambir. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 19(1), 46–56.
Slamet, A. S., Marimin, Arkeman, Y., & Udin, F. (2011). Study of Performance Improvement for Highland Vegetables Supply Chain Management in West Java. Jurnal Agritech Fakultas Teknologi Pertanian UGM, 31(1), 60–70. Retrieved from http://jurnal-agritech.tp.ugm.ac.id/ojs/index.php/agritech/article/view/81/76
Sriwana, I. K., Arkeman, Y., Syah, D., & Marimin. (2017). Sustainability improvement in cacao supply chain agro-industry. World Review of Science, Technology and Sustainable Development, 13(3), 256–275. https://doi.org/10.1504/WRSTSD.2017.087154
Wahyudi, T. (2014). Standart and trade development facility. Jember.
Wahyudi, T., & Misnawi. (2007). Fasilitasi perbaikan mutu dan produktivitas kakao indonesia. Warta Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia, 23(1), 32–43.
Refbacks
- There are currently no refbacks.